Minggu, 04 Maret 2012



Pendidikan Kesetaraan Ajarkan Kecakapan Hidup
Ester Lince Napitupulu | Selasa, 8 Juli 2008 | 21:40 WIB
JAKARTA, SELASA - Pendidikan kesetaraan untuk peserta yang terdaftar di institusi penyelenggara pendidikan ini diharapkan bukan sekedar mengejar ijazah. Dalam program pendidikan kesetaraan, pembelajaran kecakapan hidup dan kepribadian profesional justru perlu ditekankan untuk menyiapkan lulusannya siap memasuki dunia kerja.
”Pembelajaran di lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan seperti pondok pesantren, pusat kegiatan belajar masyarakat, atau sanggar kegiatan belajar dilakukan berdasarkan acuan kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi peserta untuk bisa siap bekerja dan berwirausaha. Bahan ajar yang diberikan ke peserta juga sesuai dengan kondisi kehidupan sehingga mereka memiliki kecakapan untuk memecahkan berbagai persoalan kehidupan,” kata  Ella Yilaelawati, Direktur Pendidikan Kesetaraan Depdiknas di Jakarta, Selasa (8/7).
Menurut Ella, pendidikan kesetaraan Paket A atau setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA ini merupakan bagian dari pendidikan nonformal yang memberikan fleksibilitas kepada peserta untuk menjalani pendidikan sesuai minat dan kondisinya. Pendidikan kesetaraan sebenarnya bisa menjadi pilihan alternatif bagi individu dalam menjalani proses belajar sepanjang hayat.
Dalam kaitannya dengan program pemerintah mencanangkan wajib belajar sembilan tahun untuk anak usia sekolah, pendidikan kesetaraan mampu berkontribusi sebanyak 4,6 persen pada angka partisipasi kasar (APK) SMP secara nasional.
Karena itu, pemerintah sendiri sudah mulai mensinergikan pendidikan formal di sekolah dan pendidikan nonformal di luar sekolah, termasuk pendidikan kesetaraan, untuk meluaskan akses wajib belajar sembilan tahun bagi warga yang memiliki kendala ekonomi, sosial, budaya, dan geografis untuk bisa menikmati pendidikan di sekolah-sekolah.
Buhai Simanjuntak, Ketua Forum Komunikasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) mengatakan pembelajaran di lembaga pendidikan kesetaraan ini perlu ditingkatkan tanpa membuatnya menjadi kaku seperti di sekolah formal. ”Pendidikan kecakapan hidup memang perlu ditekankan. Sebab, yang ikut pendidikan kesetaraan ini kan masih banyak dari keluarga tidak mampu atau bekerja. Mereka ini butuh pendidikan yang bisa meningkatkan taraf  hidup dan pekerjaan mereka,” kata Buhai.
À    ANALISIS
Berita di atas berisi tentang pendidikan kesetaraan yang perlu diajarkan mengenai  kecakapan hidup. Diharapkan melalui pendidikan kesetaraan  dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam pendidikan formal maupun pendidikan non formal karena pembelajaran kecakapan hidup dan kepribadian profesional perlu ditekankan untuk menyiapkan lulusan yang  siap memasuki dunia kerja.
Pembelajaran kecakapan hidup (life skills education) sangat penting dalam pendidikan kesetaraan. Sedangkan life skill tersebut diartikan sebagai pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual dan kecakapan vokasional untuk bekerja, berusaha dan  untuk hidup mandiri yang ada pada diri seseorang untuk menempuh perjalanan hidup atau untuk menjalani kehidupan, mulai dari kanak-kanak sampai dengan akhir hayat. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan dilakukannya pembelajaran di lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan seperti pondok pesantren, pusat kegiatan belajar masyarakat, atau sanggar kegiatan belajar dilakukan berdasarkan acuan kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi peserta untuk bisa siap bekerja dan berwirausaha. Bahan ajar yang digunakan juga harus sesuai dengan kondisi kehidupan sehari-hari sehingga mereka memiliki kecakapan untuk memecahkan berbagai persoalan kehidupan.
Pendidikan kesetaraan Paket A atau setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA ini merupakan bagian dari pendidikan nonformal yang memberikan fleksibilitas kepada peserta untuk menjalani pendidikan sesuai minat dan kondisinya. Pendidikan kesetaraan sebenarnya bisa menjadi pilihan alternatif bagi individu dalam menjalani proses belajar sepanjang hayat. Pemerintah mencanangkan program wajib belajar sembilan tahun untuk anak usia sekolah, pendidikan kesetaraan mampu berkontribusi sebanyak 4,6 persen pada angka partisipasi kasar (APK) SMP secara nasional.
Karena itu, pemerintah sendiri sudah mulai mensinergikan pendidikan formal di sekolah dan pendidikan nonformal di luar sekolah, termasuk pendidikan kesetaraan, untuk meluaskan akses wajib belajar sembilan tahun bagi warga yang memiliki kendala ekonomi, sosial, budaya, dan geografis untuk bisa menikmati pendidikan di sekolah-sekolah dan meningkatkan taraf  hidup dengan pekerjaan yang mereka peroleh kelak.
è ANALISIS DISKUSI
            Dilihat dari pemaparan teman-teman kemarin, maka dapat disimpulkan bahwa life skill tidak hanya diperuntukkan untuk mereka yang normal saja tetapi juga untuk mereka penyandang cacat. Karena kemampuan atau keterampilan tersebut digunakan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif  dalam menghadapi tuntutan dan tantangan hidup secara efektif. Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan secara total baik fisik, mental dan spiritual yang bermanfaat untuk mengelola dirinya sendiri dalam menghadapi lingkungan maupun upaya membentuk keberanian.
             Pada zaman sekarang ini banyak para penyandang cacat yang sukses di bidang bisnis. Misalnya ada seorang tunagrahita yang berhasil menciptakan lapangan pekerjaan sendiri atau menjadi wirausaha sukses. Usaha yang digelutinya yaitu dalam bidang bisnis kerajinan tangan, membuat berbagai hiasan rumah tangga dari barang-barang bekas yaitu dari kulit jagun. Kulit jagung tersebut dibentuk bunga, lampion, tempat pensil dan lain-lainnya.
            Namun permasalahan yang ada di Indonesia adalah makin tingginya pengangguran dan  menyebabkan terjadinya perilaku negatif yang mereka lakukan. Pengangguran yang paling dominan adalah kaum pemuda baik terdidik maupun tidak. Sebaiknya pendidikan formal lebih menekankan proses pencapaiannya daripada hasil akhirnya dan lebih mengedepankan keterampilan atau kecakapan hidupnya. Bila keterampilan atau kecakapan hidup ini dimiliki oleh setiap orang, maka sudah pasti mereka akan lebih mudah dalam menghadapi kondisi, situasi, tantangan dan masalah yang semakin hari semakin banyak dan semakin kompleks. Karena mereka dapat berfikir cerdas dan mampu memilah dan memilih mana yang baik dan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, serta mana yang harus dihindari dan dijauhinya.
            Keterampilan hidup atau life skill yang diharapkan antara lain : terampil dalam memecahkan masalah, terampil berfikir kritis, terampil mengambil keputusan, terampil berfikir kreatif, terampil komunikasi interpersonal, terampil bernegosiasi, terampil mengembangkan kesadaran diri, terampil berempati dan terampil mengatasi masalah yang dihadapi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar