REFLEKSI PENDIDIKAN KARAKTER
Saat ini mulai marak dibicarakan mengenai
pendidikan karakter. Akan tetapi pendidikan karakter masih belum umum
diterapkan pada jenjang pendidikan pra sekolah (taman bermain dan taman
kanak-kanak), sementara pada jenjang sekolah dasar dan seterusnya masih
sangat-sangat jarang sekali.
Kata “karakter” berasal darai bahasa Inggris
yang hampir sama maknanya dengan sifat, perilaku, akhlak, watak, tabiat dan
budi pekerti. Ron Kurtus seorang pendiri situs pendidikan “School of Champion”,
berpendapat bahwa karakter adalah satu set tingkah laku atau perilaku
(behaviour) dari sesorang sehingga dari perilakunya tersebut, orang akan
mengenalnya “ia seperti apa”. Menurutnya, karakter akan menentukan kemampuan
seseorang untuk mencapai cita-citanya dengan efektif, kemampuan untuk berlaku
jujur dan berterus terang kepada orang lain serta kemempuan untuk taat terhadap
tata tertib dan aturan yang ada.
Dalam Rencana
Aksi Nasional Pendidikan Berkarakter ( 2010 ) : pendidikan karakter disebutkan
sebagai pendidikan nilai, pendidikan
budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,
memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan
sehari-hari dengan sepenuh hati. Atas dasar itu, pendidikan berkarakter bukan
sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu,
pendidikan berkarakter menanamkan kebiasaan (
babituation ) yang benar dan yang salah, mampu merasakan ( afektif ) nilai
yang baik dan biasa melakukannya ( psikomotor ). Dengan kata lain, pendidikan
karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan
yang baik ( moral knowing ), akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau loving goog ( moral feeling ), dan perilaku yang baik ( moral action ). Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus
dipraktikkan dan dilakukan.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman
nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut,
baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan,
maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan
karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan,
termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan
ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja
seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Berikut adalah penjabaran nilai-nilai pendidikan karakter sehingga
diperoleh deskripsinya yang berguna sebagai batasan atau
tolok ukur ketercapainya pelaksansaan pendidikan karakter di sekolah. Ada
18 nilai pendidikan karakter di sekolah yang harus dikembangkan oleh guru
kepada peserta didik yang bersumber dari agama, Pancasila,budaya, dan tujuan
pendidikan nasional, antara lain :
1.
Religius: sikap dan perilaku yang patuh melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan
pemeluk agama lain.
2.
Jujur : perilaku yanag didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dipercaya orang lain melalui perkataan maupun tindakannya.
3.
Toleransi : sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4.
Kerja keras : perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajaradan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya.
5.
Cinta tanah air : cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang sangat tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.
6.
Kreatif : berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang dimiliki
7.
Mandiri : sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada oarang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8.
Bersahabat/komunikatif : tindakan yang menunjukkan rasa senang
berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.
9.
Gemar membaca : kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
10. Disiplin : tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai peraturan dan ketentuan.
11. Semangat kebangsaan : cara berpikir, bertindak
dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Peduli lingkungan : sikap dan tindakan yang
selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
13. Peduli sosial : sikap dan tindakan yang
selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
14. Tanggung jawab : sikap dan perilaku seseorang
untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap
diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,sosial dan budaya), negara dan Tuhan
Yang Maha Esa.
15. Rasa ingin tahu : sikap dan tindakan yang
selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajari,dilihat dan didengar.
16. Cinta damai : sikap, tindakan dan perkataan
yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman dengan kehadiran dirinya.
17. Demokratis : cara berpikir, bersikap dan
bertindak yang menilai samakan dan kewajiban dirinya dan orang lain.
18. Menghargai prestasi : sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesutu
(Pusat Kurikulum.Pengebangan dan Pendidikan Budaya k Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah.2009:9-10)
Ruang lingkup pendidikan karakter
(Puskur,2011:4), meliputi dua aspek yang dimiliki manusia, yaitu aspek ke dalam
dan aspek keluar. Aspek ke dalam atau potensi meliputi aspek kognitif (olah
pikir / pengetahuan), afektif (olah hati / sikap), dan psikomotor (olah raga /
keterampilan).
ü Olah pikir antara lain cerdas, kritis,
kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi Iptek,
dan reflektif.
ü Olah hati meliputi beriman dan bertaqwa, jujur,
amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang
menyerah, rela berkorban dan berjiwa patriotik.
ü Olah raga meliputi bersih dan sehat, displin,
sportif, andal, berdaya tahan, bersahabat,kooperatif, kompetitif, ceria dan
gigih.
ü Olah rasa/karsa meliputi ramah, saling
menghargai, toleransi, peduli, suka menolong, gotong royong, nasionalis,
mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia,
dinamis, kerja keras dan beretos kerja.
Sedangkan, aspek keluar yaitu aspek manusia
dalam konteks sosiokultur dalam interaksinya dengan orang lain yang meliputi
interaksi dengan keluarga, sekolah dan masyarakat. Masing-masing aspek memiliki
ruang yang berisi nilai-nilai pendidikan karakter.
Pendidikan karakter
bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia,
bermoral, bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis,
berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh dan
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Pendidikan karakter
berfungsi (a) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikir baik, dan
berperilaku baik; (b) memperkuat dan membangun prilaku bangsa yang multikultur;
(c) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Pendidikan karakter
dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan,
masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
STRATEGI PENDIDIKAN
KARAKTER
Pendekatan
yang digunakan Kementerian Pendidikan Nasional dalam pengembangan pendidikan
karakter, yaitu pertama melalui stream top down (sosialisasi, pengembangan regulasi,
pengembangan kapasitas, implementasi dan kerjasama, monitoring dan evaluasi);
kedua melalui stream bottom up; ketiga
melalui stream revitalisasi program.
Intregrasi
tiga pendekatan (top
down-bottom up-revitalisai)
Ketiga
jalur/tingkat top down yang lebig bersifat intervensi, bottom up yang lebih
bersifat penggalian bestpractice dan habituasi, serta revitalisasi program
kegiatan yang sudah ada yang lebih bersifat pemberdayaan.
Ketiga
pendekatan tersebut, hendaknya dilaksanakan secara terintegrasi dalam keempat
pilar penting pendidikan karakter di sekolah sebagaimana yang dituangkan dalam
Desain Induk Pendidikan Karakter, (2010:28), yaitu: kegiatan pembelajaran di
kelas, pengembangan budaya satuan pendidikan, kegiatan ko-kurikuler, dan
ekstrakurikuler.
Strategi di
Tingkat Satuan Pendidikan
Strategi
pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan merupakan suatu kesatuan
dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi
dalam pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum oleh setiap satuan
pendidikan. Strategi tersebut diwujudkan melalui pembelajaran aktif dengan
penilaian berbasis kelas disertai dengan program remidiasi dan pengayaan.
1.
Kegiatan
Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam kerangka
pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan kontekstual
sebagai konsep belajar dan mengajar yang membantu guru dan peserta didik
mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi yang nyata, sehingga peserta
didik mampu untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka. Dengan begitu, melalui pembelajaran kontekstual peserta
didik lebih memiliki hasil yang komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif
(olah pikir), tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa dan karsa), serta
psikomotor (olah raga).
2.
Pengembangan
budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan
belajar dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu :
a.
Kegiatan rutin
Kegiatan yang dilakukan peserta didik secara
terus menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya, kegiatan upacara bendera
setiap hari Senin, piket kelas, shalat jamaah, berbaris ketika masuk kelas,
berdoa sebelum memulai dan mengakhiri kegiatan pembelajaran, dan lain-lain.
b.
Kegiatan spontan
Kegiatan yang dilakukan peserta didik secara
spontan pada saat itu juga, misalnya mengumpulkan sumbangan ketika ada teman
yang sedang sakit atau sumbangan untuk korban bencana alam.
c.
Keteladanan
Perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan
dan peserta didik dakan memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik
sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain. Misalnya nilai
disiplin, kebersihan dan kerapian, kasih sayang, kesopanan, perhatian, jujur,
dan kerja keras.
d.
Pengkondisian
Penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan
pendidikan karakter, misalnya kondisi toilet yang bersih, tempat sampah,
halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak yang dipajang di lorong
sekolah dan di dalam kelas.
3.
Kegiatan
ko-kurikuler atau kegiatan ekstra kurikuler
Demi terlaksananya kegiatan ko-kurikuler dan
ekstra kurikuler yang mendukung pendidikan karakter, perlu didukung dengan
perangkat pedoman pelaksanaan, pengembangan kapasitas sumber daya manusia dalam
rangka mendukung pelaksanaan pendidikan karakter, dan revitalisasi kegiatan ko
dan ekstra kurikuler yang sudah ada ke arah pengembangan karakter.
4.
Kegiatan
keseharian di rumah dan di masyarakat
Dalam kegiatan ini sekolah dapat mengupayakan
terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan
pembiasaan di rumah dan di masyarakat. Agar pendidikan karakter dapat
dilaksanakan secara optimal, pendidikan karakter dapat diimplementrasikan
dengan tepat.
Penambahan
Alokasi Pembelajaran
1.
Sebelum pembelajaran dimulai atau setiap hari
seluruh siswa diminta membaca surat-surat pendek dari kitab suci, melakukan
refleksi (masa hening) selama 15-20 menit.
2.
Dihari-hari tertentu sebelum pembelajaran
dimulai dilakukan kegiatan muhadarah (berkumpul di halaman sekolah) selama 35
menit.
3.
Pelaksanaan
ibadah bersama-sama di siang hari selama antara 30-60 menit.
4.
Kegiatan-kegiatan lain di luar pengembangan
diri, yang dilakukan setelah jam pelajaran selesai.
5.
Kegiatan untuk membersihkan lingkungan sekolah
sesudah jam pelajaran berakhir berlangsung selama antara 10-15 menit.
Penilaian
Keberhasilan
Penilaian
keberhasilan tersebut dilakukan melalui langkah-langkah berikut :
1. Menetapkan
indikator dari nilai-nilai yang ditetapkan atau disepakati
2. Menyusun
berbagai instrumen penilaian
3. Melakukan
pencatatan terhadap pencapaian indikator
4. Melakukan
analisis dan evaluasi
5. Melakukan
tindak lanjut.
Penanaman
karakter dilakukan melalui pembelajaran di kelas dan juga melalui
kegiatan-kegiatan di luar jam pembelajaran. Pembelajaran di kelas yaitu guru
mengembangkan silabus dan RPP yang telah disusun terutama dalam mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan supaya dikonkretkan agar bisa diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Kemudian pembelajaran di luar jam pebelajaran melalui kegiatan
ekstrakurikuler bertujuan untuk mengasah bakat dan minat anak agar lebih
berkembang dan bisa menyalurkan hobinya tersebut.
Saya
pernah megikuti Seminar
Nasinal di kampus UKSW tentang “Strategi Mengajar dalam Pembentukan Karakter
Siswa. Salah satu pembicaranya bernama Siti Partini Suardiman. Beliau adalah
dosen FIP- Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Menurutnya, pedidikan karakter
tidak hanya mengajarkan baik atau buruk, benar
atau salah, tetapi lebih kepada menanamkan kebiasan (habituation) seperti menyentuh 3 ranah
yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kebiasaan yang sudah terbentuk terjadi
internalisasi atau menyatu menjadi miliknya yang kokoh dan kuat serta sulit
untuk dipengaruhi. Dengan kata lain diperlukan pengembangan ketajaman berpikir
atau bernalar, pemberian teladan dan pembiasaan secara terus menerus. Misalnya
di sekolah yang berorientasi agama diduga lebih lancer mengingat para siswa
lebih memiliki kecerdasan religius yang membawa pada kondisi pendidikan
karakter yang dikelola lebih mudah dan lebih baik, semua kegiatan pada ajaran
agama. Untuk itu sikap yang perlu dicontohkan untuk peserta didik hendaknya
berasal dari orang tua dan guru, yaitu sebagai berikut :
· Mampu
menjadi teladan merupakan tujuan pendidikan karakter
· Besikap
sabar karena menanamkan kebiasaaan tidak boleh mudah putus asa
· Tekun,
telaten, pantang menyerah sampai terbentuk suatu kebiasaan
· Disiplin
mematuhi suatu peraturan yang disepakati bersama
· Kompak,
semua unsur sekolah atau keluarga memiliki komitmen yang sama-sama tinggi.
PENGELOLAAN KELAS
Pengelolaan
kelas dilaksanakan supaya pembelajaran berhasil dan teratur melalui berbagai
usaha yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana bel;ajar yang efektif
dan efisien..
Teknik-tekniknya
antar lain :
- Membuat anak tertarik dengan mata pelajaran yang akan dipelajari
- Menggunakan media atau alat peraga untuk mengkonkretkan pelajaran
- Penataan ruang yang tidak monoton, missal tempat duduk ditata melingkar atau berbentuk huruf “U”
- Lebih mengedepankan kualitas daripada kuantitas
- Persiapan yang dilakukan guru sebelum memulai proses belajar mengajar.
Sumber :
- Bahan Ajar Mata Kuliah Strategi Pembelajaran PGSD UKSW 2012 (Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Berdasarkan pengalaman di satuan pendidikan rintisan). Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Pembukuan 2011)
- Hand out “Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Masa Depan Bangsa dan Upaya Guru Dalam Mewujudkannya”oleh Ibu Siti Partini Suardiman, dosen FIP UNY dalam seminar “Strategi Mengajar dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik”.