Senin, 26 Maret 2012

Riana Nugraeni_292010067_RS10C


REFLEKSI PENDIDIKAN KARAKTER
Saat ini mulai marak dibicarakan mengenai pendidikan karakter. Akan tetapi pendidikan karakter masih belum umum diterapkan pada jenjang pendidikan pra sekolah (taman bermain dan taman kanak-kanak), sementara pada jenjang sekolah dasar dan seterusnya masih sangat-sangat jarang sekali.
Kata “karakter” berasal darai bahasa Inggris yang hampir sama maknanya dengan sifat, perilaku, akhlak, watak, tabiat dan budi pekerti. Ron Kurtus seorang pendiri situs pendidikan “School of Champion”, berpendapat bahwa karakter adalah satu set tingkah laku atau perilaku (behaviour) dari sesorang sehingga dari perilakunya tersebut, orang akan mengenalnya “ia seperti apa”. Menurutnya, karakter akan menentukan kemampuan seseorang untuk mencapai cita-citanya dengan efektif, kemampuan untuk berlaku jujur dan berterus terang kepada orang lain serta kemempuan untuk taat terhadap tata tertib dan aturan yang ada.
Dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Berkarakter ( 2010 ) : pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Atas dasar itu, pendidikan berkarakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan berkarakter menanamkan kebiasaan ( babituation ) yang benar dan yang salah, mampu merasakan ( afektif ) nilai yang baik dan biasa melakukannya ( psikomotor ). Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus  melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik ( moral knowing ), akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau loving goog ( moral feeling ), dan perilaku yang baik ( moral action ). Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan dan dilakukan.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.  Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Berikut adalah penjabaran  nilai-nilai pendidikan karakter sehingga diperoleh deskripsinya yang berguna sebagai batasan  atau  tolok ukur ketercapainya pelaksansaan pendidikan karakter di sekolah. Ada 18 nilai pendidikan karakter di sekolah yang harus dikembangkan oleh guru kepada peserta didik yang bersumber dari agama, Pancasila,budaya, dan tujuan pendidikan nasional, antara lain :

1.      Religius: sikap dan perilaku yang patuh melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2.      Jujur : perilaku yanag didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dipercaya orang lain melalui perkataan maupun tindakannya.
3.      Toleransi : sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4.      Kerja keras : perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajaradan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
5.      Cinta tanah air : cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang sangat tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.
6.      Kreatif : berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang dimiliki
7.      Mandiri : sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada oarang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8.      Bersahabat/komunikatif : tindakan yang menunjukkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.
9.      Gemar membaca : kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
10.  Disiplin : tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai peraturan dan ketentuan.
11.  Semangat kebangsaan : cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12.  Peduli lingkungan : sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
13.  Peduli sosial : sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
14.  Tanggung jawab : sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
15.  Rasa ingin tahu : sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari,dilihat dan didengar.
16.  Cinta damai : sikap, tindakan dan perkataan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman dengan kehadiran dirinya.
17.  Demokratis : cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai samakan dan kewajiban dirinya dan orang lain.
18.  Menghargai prestasi : sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesutu
 (Pusat Kurikulum.Pengebangan dan Pendidikan Budaya k Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah.2009:9-10) 
Ruang lingkup pendidikan karakter (Puskur,2011:4), meliputi dua aspek yang dimiliki manusia, yaitu aspek ke dalam dan aspek keluar. Aspek ke dalam atau potensi meliputi aspek kognitif (olah pikir / pengetahuan), afektif (olah hati / sikap), dan psikomotor (olah raga / keterampilan).
ü  Olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi Iptek, dan reflektif.
ü  Olah hati meliputi beriman dan bertaqwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban dan berjiwa patriotik.
ü  Olah raga meliputi bersih dan sehat, displin, sportif, andal, berdaya tahan, bersahabat,kooperatif, kompetitif, ceria dan gigih.
ü  Olah rasa/karsa meliputi ramah, saling menghargai, toleransi, peduli, suka menolong, gotong royong, nasionalis, mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras dan beretos kerja.

Sedangkan, aspek keluar yaitu aspek manusia dalam konteks sosiokultur dalam interaksinya dengan orang lain yang meliputi interaksi dengan keluarga, sekolah dan masyarakat. Masing-masing aspek memiliki ruang yang berisi nilai-nilai pendidikan karakter.
            Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
            Pendidikan karakter berfungsi (a) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikir baik, dan berperilaku baik; (b) memperkuat dan membangun prilaku bangsa yang multikultur; (c) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
            Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.

STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER
            Pendekatan yang digunakan Kementerian Pendidikan Nasional dalam pengembangan pendidikan karakter, yaitu pertama melalui stream top down (sosialisasi, pengembangan regulasi, pengembangan kapasitas, implementasi dan kerjasama, monitoring dan evaluasi); kedua melalui stream bottom up; ketiga melalui stream revitalisasi program.

Intregrasi tiga pendekatan (top down-bottom up-revitalisai)
            Ketiga jalur/tingkat top down yang lebig bersifat intervensi, bottom up yang lebih bersifat penggalian bestpractice dan habituasi, serta revitalisasi program kegiatan yang sudah ada yang lebih bersifat pemberdayaan.
            Ketiga pendekatan tersebut, hendaknya dilaksanakan secara terintegrasi dalam keempat pilar penting pendidikan karakter di sekolah sebagaimana yang dituangkan dalam Desain Induk Pendidikan Karakter, (2010:28), yaitu: kegiatan pembelajaran di kelas, pengembangan budaya satuan pendidikan, kegiatan ko-kurikuler, dan ekstrakurikuler.

Strategi di Tingkat Satuan Pendidikan
            Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan merupakan suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi dalam pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum oleh setiap satuan pendidikan. Strategi tersebut diwujudkan melalui pembelajaran aktif dengan penilaian berbasis kelas disertai dengan program remidiasi dan pengayaan.
1.      Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan kontekstual sebagai konsep belajar dan mengajar yang membantu guru dan peserta didik mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi yang nyata, sehingga peserta didik mampu untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Dengan begitu, melalui pembelajaran kontekstual peserta didik lebih memiliki hasil yang komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa dan karsa), serta psikomotor (olah raga).
2.      Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu :
a.       Kegiatan rutin
Kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya, kegiatan upacara bendera setiap hari Senin, piket kelas, shalat jamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdoa sebelum memulai dan mengakhiri kegiatan pembelajaran, dan lain-lain.
b.      Kegiatan spontan
Kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga, misalnya mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang sedang sakit atau sumbangan untuk korban bencana alam.
c.       Keteladanan
Perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan peserta didik dakan memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain. Misalnya nilai disiplin, kebersihan dan kerapian, kasih sayang, kesopanan, perhatian, jujur, dan kerja keras.
d.      Pengkondisian
Penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter, misalnya kondisi toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak yang dipajang di lorong sekolah dan di dalam kelas.
3.      Kegiatan ko-kurikuler atau kegiatan ekstra kurikuler
Demi terlaksananya kegiatan ko-kurikuler dan ekstra kurikuler yang mendukung pendidikan karakter, perlu didukung dengan perangkat pedoman pelaksanaan, pengembangan kapasitas sumber daya manusia dalam rangka mendukung pelaksanaan pendidikan karakter, dan revitalisasi kegiatan ko dan ekstra kurikuler yang sudah ada ke arah pengembangan karakter.
4.      Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat
Dalam kegiatan ini sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan di masyarakat. Agar pendidikan karakter dapat dilaksanakan secara optimal, pendidikan karakter dapat diimplementrasikan dengan tepat.

Penambahan Alokasi Pembelajaran
1.   Sebelum pembelajaran dimulai atau setiap hari seluruh siswa diminta membaca surat-surat pendek dari kitab suci, melakukan refleksi (masa hening) selama 15-20 menit.
2.   Dihari-hari tertentu sebelum pembelajaran dimulai dilakukan kegiatan muhadarah (berkumpul di halaman sekolah) selama 35 menit.
3.    Pelaksanaan ibadah bersama-sama di siang hari selama antara 30-60 menit.
4.      Kegiatan-kegiatan lain di luar pengembangan diri, yang dilakukan setelah jam pelajaran selesai.
5.      Kegiatan untuk membersihkan lingkungan sekolah sesudah jam pelajaran berakhir berlangsung selama antara 10-15 menit.

Penilaian Keberhasilan
Penilaian keberhasilan tersebut dilakukan melalui langkah-langkah berikut :
1.      Menetapkan indikator dari nilai-nilai yang ditetapkan atau disepakati
2.      Menyusun berbagai instrumen penilaian
3.      Melakukan pencatatan terhadap pencapaian indikator
4.      Melakukan analisis dan evaluasi
5.      Melakukan tindak lanjut.


Penanaman karakter dilakukan melalui pembelajaran di kelas dan juga melalui kegiatan-kegiatan di luar jam pembelajaran. Pembelajaran di kelas yaitu guru mengembangkan silabus dan RPP yang telah disusun terutama dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan supaya dikonkretkan agar bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian pembelajaran di luar jam pebelajaran melalui kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk mengasah bakat dan minat anak agar lebih berkembang dan bisa menyalurkan hobinya tersebut.
Saya pernah megikuti Seminar Nasinal di kampus UKSW tentang “Strategi Mengajar dalam Pembentukan Karakter Siswa. Salah satu pembicaranya bernama Siti Partini Suardiman. Beliau adalah dosen FIP- Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Menurutnya, pedidikan karakter tidak hanya mengajarkan baik atau buruk, benar  atau salah, tetapi lebih kepada menanamkan kebiasan (habituation) seperti menyentuh 3 ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kebiasaan yang sudah terbentuk terjadi internalisasi atau menyatu menjadi miliknya yang kokoh dan kuat serta sulit untuk dipengaruhi. Dengan kata lain diperlukan pengembangan ketajaman berpikir atau bernalar, pemberian teladan dan pembiasaan secara terus menerus. Misalnya di sekolah yang berorientasi agama diduga lebih lancer mengingat para siswa lebih memiliki kecerdasan religius yang membawa pada kondisi pendidikan karakter yang dikelola lebih mudah dan lebih baik, semua kegiatan pada ajaran agama. Untuk itu sikap yang perlu dicontohkan untuk peserta didik hendaknya berasal dari orang tua dan guru, yaitu sebagai berikut :
·   Mampu menjadi teladan merupakan tujuan pendidikan karakter
·   Besikap sabar karena menanamkan kebiasaaan tidak boleh mudah putus asa
·   Tekun, telaten, pantang menyerah sampai terbentuk suatu kebiasaan
·   Disiplin mematuhi suatu peraturan yang disepakati bersama
·   Kompak, semua unsur sekolah atau keluarga memiliki komitmen yang sama-sama tinggi.

PENGELOLAAN KELAS
Pengelolaan kelas dilaksanakan supaya pembelajaran berhasil dan teratur melalui berbagai usaha yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana bel;ajar yang efektif dan efisien..
Teknik-tekniknya antar lain :
  1. Membuat anak tertarik dengan mata pelajaran yang akan dipelajari
  2. Menggunakan media atau alat peraga untuk mengkonkretkan pelajaran
  3. Penataan ruang yang tidak monoton, missal tempat duduk ditata melingkar atau berbentuk huruf “U”
  4. Lebih mengedepankan kualitas daripada kuantitas
  5. Persiapan yang dilakukan guru sebelum memulai proses belajar mengajar.







Sumber :
  1. Bahan Ajar Mata Kuliah Strategi Pembelajaran PGSD UKSW 2012 (Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Berdasarkan pengalaman di satuan pendidikan rintisan). Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Pembukuan 2011)
  2.  Hand out “Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Masa Depan Bangsa dan Upaya Guru Dalam Mewujudkannya”oleh Ibu Siti Partini Suardiman, dosen FIP UNY dalam seminar “Strategi Mengajar dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik”.

Riana Nugraeni_292010067_RS10C


MODEL PEMBELAJARAN
 STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS ( STAD )
( TIM SISWA KELOMPOK PRESTASI )
Model pembelajaran yang ingin dipaparkan di sini adalah STAD yaitu singkatan dari Student Teams-Achievement Division merupakan pengembangan pembelajaran kooperatif. Singkatnya siswa diorganisasikan dalam bentuk kelompok kecil. Tahapan dalam melaksanakan model pembelajaran STAD adalah sebagai berikut :
a.       Penyajian kelas
b.      Belajar kelompok
c.       Tes atau kuis
d.      Skor peningkatan individu
e.       Penghargaan kelompok

Menurut Nurhadi (2004), STAD dianggap sebagai pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, akan tetapi kesederhanaan itu tidak lantas menjadikan STAD kurang sebaga model yang kurang bagus, sampai saat ini STAD masih kerap diterapkan di kelas-kelas. Tidak hanya itu, bahkan ditemukan skripsi yang ataupun tesis yang banyak menggunakan model pembelajaran STAD dan juga desertasi yang yang membahas tentang STAD dengan menggunakan berbagai pengembangan dan variasi penerapannya.
Langkah-langkah pembelajaran STAD menurut Slavin, 1995 dalam Prilatama,2008 :
1.      Penyajian Kelas (class presentation). Guru menyajikan materi di depan kelas secara klasikal yang difokuskan pada konsep-konsep dari materi-materi yang akan dibahas saja. Dalam hal ini, peseta didik harus benar-benar memberi perhatian penuhselama kegiatan presentasi berlangsung. Kemudian siswa disuruh belajar dalam kelompok kecil untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru.
2.      Pembentukan Kelompok Belajar (teams). Siswa membentuk kelompok kecil yang anggotanya heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, dan sebagainya). Caranya dengan merangkingkan siswa berdasarkan nilai rapor atau nilai terakhir yang diperoleh siswa sebelum pembelajaran dilaksanakan. Ini dimaksudkan untuk mendorong kerjasama kelompok dalam mempelajari materi dan menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Guru membagi tugas untuk kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.
3.      Pemberian Tes atau Kuis (quizzes). Guru memberikan tes atau kuis kepada seluruh siswa. Kuis dilaksanakan setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan persentasi. Pada saat menjawab kuis, siswa tidak boleh saling membantu dan bekerjasama karena setiap peserta didik bertanggung jawab secara individu untuk memahami materinya. Tujuan tes ini adalah untuk memotivasi siswa agar berusaha dan bertanggung jawab secara individual. Selain itu siswa juga harus menyadari bahwa usaha dan keberhasilan akan memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok.
4.      Pemberian Skor peningkatan individu (Individual improvement score). Skor kemajuan individu merupakan gagasan untuk memberikan kesempatan peserta didik bekerja lebih giat dan memberikaa kontribusi maksimal terhadap kinerja tim. Setiap peserta didik memilki skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja peserta didik sebelum mengerjakan kuis. Selanjutnya peserta didik akan mengumpulkan skor untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis dibandingkan dengan skor awal mereka. Pengelolaan hasil kerjasama siswa dilakukan dengan urutan : skor awal, skor tes, skor peningkatan dan skor kelompok.
5.      Penghargaan kelompok (team recognition). Penghargaan kelompok merupakan penghargaan terhadap kinerja atau usaha yang dilakukan kelompok selama belajar. Penghargaan ini diberikan dengan cara  memberikan hadiah bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata yang mencapai kriteria tertentu dan telah disepakati bersama sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas, langkah-langkah model pembelajaran STAD yang dapat dilakukan meliputi :
1.      Peserta didik membentuk kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 orang secara heterogen menurut prestasi, jenis kelamin, etnis dan sebagainya.
2.      Guru menyajikan pembelajaran denga terlebih dahulu memilih materi pokok yang akan dipelajari.
3.      Guru membagi tugas kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota kelompok yang telah paham, menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota kelompok mengerti.
4.      Guru memberikan kuis atau tes kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis, tidak boleh saling membantu.
5.      Memberi evaluasi
6.      Penutup

Kelebihan :
·         Seluruh siswa terpacu untuk belajar giat dan menjadi lebih siap
·         Melatih kerjasama dalam tim dengan baik
·         Dalam kelompok akan terjalin hubungan sosial yang bagus untuk meningkatkan kualitas masing-masing anggotanya
·         Mengukur seberapa peningkatan yang terjadi dalam diri seorang siswa
Kekurangan :
·         Anggota kelompok semua mengalami kesulitan
·         Menimbulkan pembedaan siswa

Semoga pemaparan saya di atas bermanfaat bagi pembaca. Maju terus pendidikan Indonesia!!!







Sumber :
Ø  Prilatama,Aris.2009.Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD untuk Meningkatkan Aktivitas kooperataif dan Prestasi Belajar Siswa kelas X-A MAN 1 Malang.
Ø  Wijayalabs.wordprress.com/2008/04/22/model-model_pembelajaran/